PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
       Pada masyarakat modern
dewasa ini,  penyakit  jantung 
koroner  merupakan salah satu  dari 
masalah kesehatan yang paling banyak 
mendapat perhatian serius. Hal ini dikarenakan  penyakit jantung koroner  merupakan penyebab utama  kematian . Penyakit jantung koroner  adalah suatu keadaan akibat terjadinya pen
yempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner yang  lebih 
dikenal dengan aterosklerosis. 
Penyebab  aterosklerosis   sangat bervariasi ,  seperti 
tingginya  kadar kolesterol  total plasma, 
usia, kebiasaan merokok, kondisi stres, obesitas, hipertensi, diabetes
mellitus,  konsumsi makanan kaya akan
kolesterol atau lemak, dan hiperkolesterolemia . Perkembangan aterosklerosis
sangat berkaitan erat dengan tingginya kadar 
low density l ipoprotein  
(LDL)   (Hu  et al. 2001; Hakimog lu   et al. 2007).
        Low density lipoprotein   adalah 
lipoprotein yang me ngandung   60-
75%  kolesterol   ester .Kolesterol dan esternya  yang terdapat 
dalam LDL mengandung ikatan tidak jenuh yang sangat rentan  terhadap reaksi peroksidasi  oleh radikal bebas. Hasil reaksi peroksidasi
LDL tersebut menginduksi terbentuknya radikal bebas dan dapat menyebabkan
perubahan partikel LDL yang dapat mengawali terjadinya aterosklerosis   (Yuan &  
Brunk 1998).  Proses aterosklero
sis dimulai dengan masuknya LDL ke dalam subendotel (intima) dan  selanjutnya  
LDL mengalami modifikasi (teroksidasi). 
Partikel LDL teroksidasi akan 
merangsang  sel endotel yang
menyebabkan terjadinya adesi   monosit
pada endotel, kemudian diikuti dengan kemotaksis ke dalam subendotel.  Terjadinya adesi monosit    menyebabkan aktivasi  dan diferensiasi makrofag. Partikel LDL
teroksidasi  tersebut  tidak dapat dikenali oleh makrofag melalui
reseptor   normalnya sehingga partikel
LDL ditangkap oleh reseptor scavenger 
dari makrofag. Hal ini menyebabkan terjadinya akumulasi ester kolesterol
dan terbentuknya sel -sel busa.  Sel -
sel busa  ini  akan merangsang ekspresi gen sejumlah sitokin
dan  fak tor pertumbuhan ,  yang 
selanjutnya  menyebabkan
terjadinya proliferasi sel otot po los 
dan akan berkembang menjadi plak yang     
kompleks. Plak aterosklerosis
terletak dalam intima  yang   terdiri atas   sel -sel otot polos yang mudah
berproliferasi, sel limfosit T, jaringan penghubung, proteoglikan, s el - sel
busa yang 
telah mati, serta  deposit kol
esterol dan kalsium  (Diaz  et al .1997). 
Menurut Yu  et al (2002),  kejadian aterosklerosis  mengimplikasi kan   ter bentuknya radikal bebas yang disebabkan
oleh   peroksidasi  lipid. 
Reactive oxygen species   (ROS
)  diketahui sebagai pem prakarsa utama
pada peroksidasi   lipi d.  Kondisi hiperkolesterol emia   dapat mengganggu fungsi endotel dengan
meningkatnya  produksi radikal bebas
oksigen. Radikal ini menonaktifkan oksida nitrat, yaitu faktor  endothelial – relaxing   utama. Bila 
keadaan  ini berlanjut terus,  akan terjadi penimbu nan  lipoprotein dalam lapisan intima di tempat
meningkatnya permeabilitas endotel. 
Pemaparan   terhadap radikal bebas
dalam sel endotel dinding arteri menyebabkan terjadinya oksidasi LDL, yang
berperan dan memperce pat timbulnya plak aterosklerosis (P rice &  Wilson 2006).
       Radikal bebas
adalah   suatu atom, gugus atom, atau
molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada
orbital luarnya.  Terdapat dua sumber
radikal bebas, yaitu   (a)  radikal bebas endogen yang terbentuk sebagai
hasil normal dari proses- proses fisiologis di dalam sel tubuh  dan (b)  
radikal bebas eksogen yang di peroleh dari lingkungan   seperti asap rokok, polusi udara, dan lain -
lain.  Dalam jumlah tertentu ,  radikal bebas sangat diperlukan  bagi kelangsungan beberapa  proses fisiologis dalam tubuh, terutama
untuk  trans por   elektron. Namun ,  radikal bebas 
yang berlebih dapat membahayakan tubuh karena dapat merusak
biomakromolekul seperti lipid, protein, karbohidrat, dan asam nukleat.
Kerusakan biomakromolekulselanjutnya dapat 
mengakibatkan kerusakan atau kematian sel   (Halliwell &
Gutteridge 1996).
       Pada kondisi hiperkolesterolemia,  tubuh berusaha menyeimbangkan kadar
kolesterol plasma dengan jalan mengubah kolesterol menjadi asam empedu .
Sintesis asam empedu melibatkan 7a- hidroksilasi, suatu enzim mikrosomal yang
memerlukan oksigen,  NADPH, dan sitokrom  P- 450. Semakin banyak empedu yang
disintesis, semakin tinggi aktivitas sitokrom 
P- 450  dan semakin banyak oksigen
yang diperlukan . Peningkatan 
tersebut  akan menghasilkan
radikal bebas sebaga  hasil
sampingan  sehingga radikal bebas
terbentuk secara berlebihan pada kondisi hiperkolesterolemia.  Bila produksi radikal bebas terjadi secara
berlebihan, enzim antioksidan tubuh tidak mampu mengatasinya. Hal ini terlihat
dengan menurunnya  kadar  enzim     antioksidan seperti superoksidasi dismutase,
katalase, dan glutation peroksidase  
pada kondisi hiperkolesterolemia 
(Wresdiyati  et al ., 2006a;
2006b; Nourooz - Zandeh  et al . 2001).
Dengan demikian ,  radikal bebas akan
terbentuk secara terus menerus pada 
kondisi  hiperkolesterolemia dan
turut berperan dalam oksidasi LDL. Apabila berlangsung  dalam waktu yang cukup  lama 
keadaan ini  akan  dapat menimbulkan terjadinya penyakit
aterosklerosis. Salah satu indikator terjadinya oksidasi LDL adalah  malondialdeh i da  (MDA). Telah dilaporkan bahwa ada hubungan
antara tingginya kadar MDA dengan kerusakan jaringan ,  seperti pada sel endotelia, sel otot polos,
netrofil, dan monosit ( Luczaj 
&  Elzbieta   2003 ; 
NouroozZadeh  et al .   2001 ). Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya  a terosklerosis pada kondisi
hiperkolesterolemia.
       Kondisi hiperkolesterolemia sangat
memerlukan  tambahan asupan  antioksidan untuk mengatasi  radikal bebas berlebih sehingga dapat  mengurangi berlangsungnya oksidasi LDL. An
tioksidan adalah suatu zat atau senya wa yang mampu memperlambat atau mencegah
proses oksidasi, melindungi sistem biologis, melawan efek potensial dari proses
atau reaksi yang menyebabkan oksidasi berlebihan.  Tubuh memiliki  sistem pertahanan radikal bebas berupa
antioksidan enzimatik dan nonenzimatik. 
Sistem  antioksidan  enzimatik disusun oleh enzim - enzim
sitosolik seperti Copper, Zinc- superoxide Dismutase   (Cu, Zn -SOD), catalase (CAT), glutation
peroksidase (GPx) ,  dan enzim - enzim
mitokondria seperti   mangan superoksida dismutase   (Mn - SOD) 
dan anti oksidan non enzimatik meliputi vitamin E, v itamin C, asam
urat, beta karote n, glutation, dan albumin 
(Capeyron et al.  2002).
B. Rumusan Masalah
       Berdasarkan uraian
ringkas dari latar belakang di atas, memberi dasar bagi peneliti untuk
merumuskan pertanyaan penelitian berikut :
       Bagaimana tingkat
pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
(UWKS) tentang pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit aterosklerosis
C.Tujuan 
        Mengetahui tingkat
pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
(UWKS) tentang pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit aterosklerosis
D. Manfaat 
1.Masyarakat luas pada umumnya dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) pada khususnya  
tentang bahaya yang dapat ditimbulkan radikal bebas sehingga dapat
dilakukan pencegahan untuk timbulnya penyakit di kemudian hari.
2.Diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih
lanjut tentang pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit
aterosklerosis
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Aterosklerosis
Proses  aterosklerosis  atau 
pembentukan  plak  di dinding 
pembuluh  darah,  merupakan 
cikal  bakal terjadinya  PJK. 
Aterosklerosis  diawali  dengan masuknya low  density 
lipoprotein (LDL)  ke  dalam lapisan pembuluh darah (lapisan
intima). LDL yang 
terperangkap  di  pembuluh 
darah  akan  teroksidasi, sehingga  memicu 
pelepasan  senyawa  yang menyebabkan komponen sel darah putih
masuk ke dalam pembuluh darah. Sel darah putih yang ada di dalam pembuluh darah
berubah menjadi makrofag yang akan menangkap LDL, teroksidasi membentuk sel
busa yang lama-kelamaan akan semakin membesar dan membentuk plak. 
Small  dense  LDL
(sdLDL)  adalah  LDL 
yang berukuran partikel kecil dan padat, sehingga memiliki kemungkinan
(potensi) aterogenik lebih besar. Sifat aterogenik  sdLDL 
disebabkan  oleh  karena 
lebih mudah  masuk  ke 
dalam  pembuluh,  mempunyai kerentanan tinggi untuk
beroksidasi, Afinitas ikatan yang lebih kecil terhadap reseptor LDL dan
afinitas ikatan  yang  lebih 
besar  terhadap  proteoglikan 
di dinding arteri.
Aterogenesis  yang 
diawali  dengan  terbentuknya sel busa, berlangsung secara
perlahan-lahan selama bertahun-tahun. Hal tersebut mungkin sekali berawal sejak  usia 
remaja,  selanjutnya  pada 
usia  10–20 tahun sel busa tersebut
berubah menjadi alur lemak (fatty streak) yang nantinya akan membentuk kerak aterosklerosis
pada usia tertentu.
Suryaatmaja, peneliti sebelumnya
menyimpulkan bahwa sdLDL tiga kali lebih berbahaya daripada LDL karena  mudah 
terperangkap  dan  masuk 
ke  lapisan dinding  pembuluh 
darah  dan  teroksidasi, 
sehingga lebih  berkemungkinan  (potensi) 
dalam  proses terjadinya aterosklerosis.
sdLDL ini dapat meramalkan (prediksi) terjadinya aterosklerosis yang merupakan 
faktor risiko yang amat penting untuk PJK.
Pada usia 10–20 tahun sudah
terbentuk alur lemak (fatty  streak)  yang  diakibatkan  oleh 
terbentuknya sel busa sebab adanya sdLDL, yang kemudian akan berkembang  menjadi 
aterosklerosis.  Hal  ini 
dapat dicegah jika ditemukan secara dini.
Didasari  latar 
belakang  di  atas, 
peneliti  tertarik untuk  melihat 
sdLDL  pada  usia 
15–19  tahun  yang pada 
usia  tersebut  diperkirakan 
sudah  ada  sdLDL, hal tersebut kelak akanmenyebabkan
aterosklerosis. Etiologi aterosklerosis adalah multifaktorial, sehingga 
perlu melihat hubungan antara sdLDL dengan faktor risiko  aterosklerotik  yang 
lain  seperti  kolesterol total, high  density 
lipoprotein (  HDL),  low 
density lipoprotein(LDL), trigliserida (TG) dan apolipoprotein (ApoB).
2.Penyebab Aterosklerosis
   Aterosklerosis bermula ketika sel darah
putih yang disebut monosit, pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri
dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. 
Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri.
Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri.
   Setiap daerah penebalan (yang disebut plak
aterosklerotik atau ateroma) yang terisi dengan bahan lembut seperti keju,
mengandung sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan
sel-sel jaringan ikat.  Ateroma bisa
tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka
terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini
menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk
ateroma.
   Arteri yang terkena aterosklerosis akan
kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan
menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga menjadi
rapuh dan bisa pecah. 
Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.
    
Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.
    Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan
kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus). Selanjutnya
bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas
dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain
(emboli).
Resiko terjadinya
aterosklerosis meningkat pada: 
• Tekanan darah tinggi
• Kadar kolesterol tinggi
• Perokok
• Diabetes (kencing manis)
• Kegemukan (obesitas)
• Malas berolah raga
• Usia lanjut.
Pria memiliki resiko lebih tinggi daripada wanita.Penderita penyakit keturunan homosistinuria memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia muda. Penyakit ini mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri yang menuju ke jantung).
Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial, kadar kolesterol yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri koroner dibandingkan arteri lainnya.
• Tekanan darah tinggi
• Kadar kolesterol tinggi
• Perokok
• Diabetes (kencing manis)
• Kegemukan (obesitas)
• Malas berolah raga
• Usia lanjut.
Pria memiliki resiko lebih tinggi daripada wanita.Penderita penyakit keturunan homosistinuria memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia muda. Penyakit ini mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri yang menuju ke jantung).
Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial, kadar kolesterol yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri koroner dibandingkan arteri lainnya.
3.Gejala Aterosklerosis
    Terjadinya penyempitan arteri atau
penyumbatan mendadak, aterosklerosis biasanya tidak menimbulkan gejala.
Gejalanya tergantung dari lokasi terbentuknya, sehingga bisa berupa gejala
jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan
penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinya
tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen
ke jaringan. 
    Gejala awal dari penyempitan arteri bisa
berupa nyeri atau kram yang terjadi pada saat aliran darah tidak dapat
mencukupi kebutuhan akan oksigen. Contohnya, selama berolah raga, seseorang
dapat merasakan nyeri dada (angina) karena aliran oksigen ke jantung berkurang;
atau ketika berjalan, seseorang merasakan kram di tungkainya (klaudikasio
interminten) karena aliran oksigen ke tungkai berkurang. 
    Yang khas adalah bahwa gejala-gejala
tersebut timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri
oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan. Tetapi jika penyumbatan
terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan menyumbat arteri), maka
gejalanya akan timbul secara mendadak.
4.Diagnosa Aterosklerosis
    Sebelum terjadinya komplikasi,
aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis. Sebelum terjadinya komplikasi,
terdengarnya bruit (suara meniup) pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa
merupakan petunjuk dari aterosklerosis. Denyut nadi pada daerah yang terkena
bisa berkurang.Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis
aterosklerosis: 
• ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki dan lengan
• Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena
• Skening ultrasonik Duplex
• CT scan di daerah yang terkena
• Arteriografi resonansi magnetik
• Arteriografi di daerah yang terkena
• IVUS (intravascular ultrasound).
• ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki dan lengan
• Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena
• Skening ultrasonik Duplex
• CT scan di daerah yang terkena
• Arteriografi resonansi magnetik
• Arteriografi di daerah yang terkena
• IVUS (intravascular ultrasound).
5.Penelitian
1.Bahan dan Metode
    Penelitian  dilakukan 
secara  kerat  lintang 
(Cross sectional). Bahan penelitian dikumpulkan dari darah anak sekolah
yang berusia 15 sampai 19 tahun untuk dilakukan tes kadar kolesterol total,
HDL, LDL, TG dan ApoB. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Agustus
2006 di Makassar.
a.Pemeriksaan bahan
    Pengujian  dilakukan 
dengan  menggunakan alat
autoanalyser  Hitachi  912, 
dengan  asas  uji 
sesuai  dengan  alat 
yang  digunakan  untuk 
masingmasing jenis pengujian menggunakan metode yang berbeda  antara 
lain:
1)  uji  kolesterol 
total  dan TG  menggunakan 
metode  kolorimetrik  enzymatik, 
2)  uji  kolest erol- HDL  dan 
kolest erol- LDL menggunakan 
metode  homogenous, 
3)  uji  b  ApoB
menggunakan metode Imunoturbidimetri.
Kadar  sdLDL  diperoleh 
dengan  rumus: Small dense LDL =
Kolesterol LDL/ ApoB ≤ 1,2.
b.Pengolahan data
    Data  disajikan 
dalam  bentuk  tabel, 
dianalisis secara statistik menggunakan Statistical Program for Social
Science (SPSS) versi 11,5
2.HASIL DAN PEMBAHASAN
    Sampel berjumlah 125 orang, terdiri dari 55
lakilaki  (44%),  70 
perempuan  (56%).  Umur 
mulai  15 tahun sampai 19 tahun.
Rerata umur 15,96 tahun.
a.Persentase small dense LDL
    Dari 125 sampel ditemukan ada
sdLDL sebanyak 69 orang (55,20%) dan yang tidak ditemukan sdLDL adalah 56 orang
(44,80%).
    Persentase sdLDL  pada 
usia  15–19  tahun 
adalah  lebih  tinggi dibandingkan  dengan  yang 
tidak  ada  sdLDL. 
Hal ini sejalan dengan pendapat dari Strong dan McGill yang  mempelajari 
hubungan  antara  jalur 
lemak (fatty  streak)  dan 
plak  di  arteri 
koroner  pada  usia 10–39 tahun menemukan bahwa adanya jalur
lemak (fatty streak) di arteri koroner sering terdapat pada umur 10–20 tahun. Pendapat
lain yang mendukung ialah dari Cooperyang menjelaskan bahwa ternyata dalam  diri 
beberapa  remaja  telah 
mulai  terbentuk 
endapan (deposit) lemak atau atherosclerosisdi dalam pembuluh  darahnya  pada 
usia  yang  masih 
amat muda.
Partikel small dense LDLbersifat aterogenik yang meningkat,  menunjukkan 
toksisitas  sel  endotel, dan 
menunjukkan  kecenderungan  diabsorbsi 
oleh magrofag untuk membentuk sel busa. Yang kemudian jumlahnya  meningkat  dan 
rentan  (suseptibilitas) mengalami  ubahsuaian 
(modifikasi)  oksidatif  dan glikatif yang meningkat. Lebih lanjut,
partikel sdLDL berkencederungan  menginduksi  pelepasan 
partikel bebas.
b. Hubungan kadar kolesterol
total, HDL, TG dan ApoB terhadap kejadian sdLDL
     Kadar  kolesterol 
total  mulai  115 
mg/dL  sampai 289mg/dL,  dengan  rerata 
180,89  mg/dL,  kadar LDL 
mulai  32  mg/dL 
sampai  204  mg/dL 
dengan rerata  106,92  mg/dL, 
kadar  HDL  mulai 
34  mg/dL sampai 96 mg/dL dengan
rerata 56,57 mg/dL, kadarTG  39  mg/dL 
sampai  247  mg/dL 
dengan  rerata 97,20 mg/dL, kadar
ApoB 31 mg/dL sampai 173 mg/dL dengan rerata 88,27 mg/dL dan nilai sdLDL mulai 0,9
sampai 1,5 dengan rerata 1,22
      Berdasarkan  hasil 
uji  korelasi  Spearman’s didapatkan  hubungan 
bermakna  antara  HDL, 
trigliserida  dan  ApoB 
terhadap  kejadian  sdLDL, sebaliknya  tidak 
ditemukan  hubungan  bermakna antara  kolesterol 
total  dan  LDL 
terhadap  kejadian small dense
LDL.
     Quebec  Cardiovascular  Study menemukan bahwa risiko aterogenik
meningkat 2 kali jika ApoB meningkat, 
dan  risiko  aterogenik 
meningkat  6  kali jika ApoB meningkat dan terdapat sdLDL.
Meskipun masih  menjadi  perdebatan 
(controversial),  tetapi
beberapa  penelitian mengukuhkan  bahwa 
kadar trigliserida  yang  tinggi 
berkaitan  langsung  dengan faktor 
risiko  PJK.  Kolesterol 
HDL  berperan  dalam mencegah  aterosklerosis  dan 
PJK.  Menurut  Adam didasari analisis empat penelitian
epidemiologi besar di  AS  memperkirakan,  peningkatan 
HDL-C  sebesar 1 mg/dl dapat menurunkan
angka kejadian PJK dua persen di pria dan tiga persen di wanita.
     Ada  beberapa 
mekanisme  potensial  HDL 
dalam melindungi endotel dari kerusakan vaskuler, antara lain melalui kemampuan
HDL dalam mengeluarkan kolesterol dari dalam dinding arteri dan kemampuan HDL  untuk 
mencegah  dan  memperbaiki 
disfungsi endotel. HDL dapat mempertahankan penyatupaduan (integritas)
endotel, memudahkan relaksasi vaskuler, menghambat lekatan (adhesi) sel darah
ke endotel vaskuler,  menurunkan  agregabilitas 
trombosit  dan koagulasi, serta
mendorong terjadinya fibrinolisis.6–8 High 
density  lipoprotein
merupakan  faktor pelindung  endotel 
vaskuler  dengan  mempengaruhi beberapa  fungsi 
endotel  dalam  mengatur 
tonus vaskular, inflamasi dan hemostasis
BAB III
PEMECAHAN
MASALAH
A.Pencegahan Aterosklerosis
    Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang
harus dihilangkan adalah faktor-faktor resikonya. 
Jadi tergantung kepada faktor resiko yang dimilikinya, seseorang hendaknya:
• Menurunkan kadar kolesterol darah
• Menurunkan tekanan darah
• Berhenti merokok
• Menurunkan berat badan
• Berolah raga secara teratur.
Jadi tergantung kepada faktor resiko yang dimilikinya, seseorang hendaknya:
• Menurunkan kadar kolesterol darah
• Menurunkan tekanan darah
• Berhenti merokok
• Menurunkan berat badan
• Berolah raga secara teratur.
Pada orang-orang yang
sebelumnya telah memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit jantung,
merokok sangatlah berbahaya karena:
- merokok bisa mengurangi kadar kolesterol baik (kolesterol HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (kolesterol LDL)
- merokok menyebabkan bertambahnya kadar karbon monoksida di dalam darah, sehingga meningkatkan resiko terjadinya cedera pada lapisan dinding arteri
- merokok akan mempersempit arteri yang sebelumnya telah menyempit karena aterosklerosis, sehingga mengurangi jumlah darah yang sampai ke jaringan
- merokok meningkatkan kecenderungan darah untuk membentuk bekuan, sehingga meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri perifer, penyakit arteri koroner, stroke dan penyumbatan suatu arteri cangkokan setelah pembedahan.
- merokok bisa mengurangi kadar kolesterol baik (kolesterol HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (kolesterol LDL)
- merokok menyebabkan bertambahnya kadar karbon monoksida di dalam darah, sehingga meningkatkan resiko terjadinya cedera pada lapisan dinding arteri
- merokok akan mempersempit arteri yang sebelumnya telah menyempit karena aterosklerosis, sehingga mengurangi jumlah darah yang sampai ke jaringan
- merokok meningkatkan kecenderungan darah untuk membentuk bekuan, sehingga meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri perifer, penyakit arteri koroner, stroke dan penyumbatan suatu arteri cangkokan setelah pembedahan.
    Resiko seorang perokok untuk menderita
penyakit arteri koroner secara langsung berhubungan dengan jumlah rokok yang
dihisap setiap harinya. Orang yang berhenti merokok hanya memiliki resiko
separuh dari orang yang terus merokok, tanpa menghiraukan berapa lama mereka
sudah merokok sebelumnya. Berhenti merokok juga mengurangi resiko kematian
setelah pembedahan bypass arteri koroner atau setelah serangan jantung. Selain
itu, berhenti merokok juga mengurangi penyakit dan resiko kematian pada
seseorang yang memiliki aterosklerosis pada arteri selain arteri yang menuju ke
jantung dan otak.
B.Pengobatan Aterosklerosis
    Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan
kadar lemak dan kolesterol dalam darah (contohnya Kolestiramin, kolestipol,
asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, lovastatin). 
Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah.
Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak.
Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat endapan.Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.
Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah.
Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak.
Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat endapan.Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan 
     Secara sederhana dapat diartikan bahwa
Aterosklerosis (Atherosclerosis) merupakan istilah umum untuk beberapa
penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur.
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari
aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang
mengumpulkan bahan-bahan lemak. Gejalanya tergantung dari lokasi terbentuknya,
sehingga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Sebelum
terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis. 
Sebelum terjadinya komplikasi, terdengarnya bruit (suara meniup) pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis.
Sebelum terjadinya komplikasi, terdengarnya bruit (suara meniup) pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis.
B.Saran
Di dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, baik dari segi bahasa, kata-kata, maupun penjelasan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,yang sifatnya membangun dan dapat dijadikan bahan untuk lebih baik dari sebelumnya.
Di dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, baik dari segi bahasa, kata-kata, maupun penjelasan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,yang sifatnya membangun dan dapat dijadikan bahan untuk lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Indonesian Journal of Clinical Pathology and
Medical Laboratory, Vol. 13, No. 1, Nov. 2006: 17-19
http:/medicastore.com/penyakit/137/aterosklerosis_atherosklerosis.html
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar